Sepuluh MIPA Dua

6:38 PM


Rangkaian Kegiatan pengenalan lingkungan sekolah telah usai dilaksanakan. Dan tibalah saatnya pengumuman pembagian kelas. Rasa penasaran tersimpan dalam hati, apakah saya akan bertemu dengan teman-teman baru lagi, atau justru teman-teman yang berasal dari kelompok PLS sebelumnya.


Tibalah saatnya, daftar pembagian kelas ditempel di kaca kelas masing-masing. Kami harus mencari di kelas yang akan kita tuju. Sudah pasti saya mencarinya dimulai dari X MIPA 1. Nama saya tidak ada di daftar tersebut. Pergi ke sebelah, tepat di kaca kelas X MIPA 2 terdapat nama saya di urutan absen ke 3. Dan tepat di atas saya tertulis Ardhia Helmi, ia adalah teman saya semasa SD dulu. Kalau dihitung-hitung, berarti ini tahun ke-7 kami berada dalam satu kelas yang sama setelah SD dulu. 

Ya memang benar, inilah pertemuan awal kami. Kami belum mengenal satu sama lain. Masih tergambar rasa malu dan canggung di wajah kami. Cukup sulit memang terutama bagi saya untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ditambah lagi 11 tahun saya berada di lingkungan sekolah yang sama. Maka ketika saatnya saya masuk ke lingkungan yang baru, diperlukan adaptasi yang cukup lama.

Memasuki pekan baru, inilah hari pertama kami belajar efektif sebagai "Anak SMA". Seperti biasa, awal pekan dibuka dengan upacara bendera. Sekarang kami sudah berbaris dengan papan kelas bertuliskan "X MIPA 2". Dan itulah identitas kami. 



Upacara usai, pelajaran Fisika sudah menyambut kami. Rasa penasaran muncul, siapa yang akan mengajar kami kali ini. Tiba-tiba sosok Bapak guru yang terlihat tegas datang ke kelas. Saat itu ada beberapa anak yang terlambat masuk. Lantas beliau menunjukkan raut yang kurang sedap dilihat. Ya, beliau adalah Bapak Wartana. Guru yang sudah terbilang senior di sekolah. Beliau memang sosok yang tegas dalam mengajar. Namun hal ini bertujuan semata-mata untuk meningkatkan disiplin serta semangat belajar kami. Satu pesan yang saya ingat di hari pertama pertemuan kami itu, "Setelah saya masuk, tidak ada lagi yang boleh masuk ke dalam kelas. Kalau terlambat, silahkan tetap diluar". Hal itu lantas membuat kami selalu berdebar ketika pelajaran Fisika datang.


Di awal masa perkenalan kami ini, banyak hal yang terjadi. Kami selalu berusaha mengingat wajah serta nama 35 anak satu sama lain. Kemiripan wajah serta ejaan nama menjadi tantangan bagi kami. Namun dalam hitungan hari, tawa canda sudah terbentuk diantara kami. 

Disini kami mendapat Pembimbing Akademik atau Wali Kelas bernama Ibu Ine Purwanti. Beliau juga merupakan guru Bahasa Inggris kami. So, let's call her with "Mrs."  



Dan merekalah yang (mungkin) akan menemani saya selama satu tahun pertama di SMA...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments